Kuningan Terkini - Semangat literasi kembali digaungkan dari tanah Kuningan. Raden Aurel Aditya Kusumawaningyun, Juara 3 Duta Baca Jawa Barat, tengah menggelar Safari Literasi Duta Baca Jabar yang menargetkan sembilan kota di lima wilayah besar Jawa Barat. Gerakan ini hadir bukan hanya di pusat provinsi, melainkan menjangkau daerah-daerah, membuktikan bahwa literasi adalah hak semua anak Jawa Barat.
Dalam kurun waktu tiga minggu, Raden sudah menempuh enam kota dan 12 titik kegiatan, mulai dari Bogor, Sukabumi, Bekasi, Banjar, Kuningan, hingga Cirebon. Hingga saat ini, ia telah menyapa dan memberi manfaat langsung bagi 2.424 siswa dan pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Perjalanan literasi ini akan berlanjut ke tiga kota berikutnya, Tasikmalaya, Cimahi, dan Bandung. Seluruh rangkaian ditargetkan tuntas dalam waktu kurang lebih satu bulan.
Di setiap sekolah dan TBM yang ia kunjungi, Raden selalu membawa pesan Baca hidup, menulis ulang diri, literasi untuk bertumbuh. Menurutnya, literasi bukan sekadar kebiasaan membaca, tetapi fondasi untuk membangun cara berpikir, menata masa depan, dan menghadapi kehidupan nyata.
Tidak berhenti di situ, Raden juga memperkenalkan program Teman Baca Keluarga yang awalnya lahir di Kabupaten Kuningan. Program ini ia bawa meluas ke seluruh Jawa Barat sebagai wujud komitmennya membumikan budaya baca bersama keluarga. Program tersebut menjadi salah satu alasan dirinya berhasil meraih predikat Juara 3 Duta Baca Jawa Barat.
Selain di lapangan, Raden juga merintis produk digital berupa konten edukatif bersama siswa. Melalui program ini, ia mendorong para pelajar berani berkreasi dan meninggalkan jejak digital yang membanggakan. “Anak-anak sekarang akrab dengan dunia digital, jadi kenapa tidak diarahkan untuk berkarya positif? Dengan konten edukatif, mereka bisa membuktikan bahwa kreativitas mereka layak diapresiasi,” jelasnya.
Tak hanya itu, Raden juga menginisiasi sebuah website kepenulisan yang terbuka bagi semua siswa. Gagasan ini berangkat dari keprihatinan bahwa banyak tulisan siswa hilang begitu saja karena tak masuk lomba atau gagal dipublikasikan secara formal.
“Saya ingin setiap karya punya ruang. Karena itu, di website ini tidak ada kategori atau penilaian. Asal tidak mengandung SARA, semua tulisan bisa terbit. Yang penting, semangat menulis tetap hidup,” tegasnya.
Dengan semangat yang konsisten, Raden menunjukkan bahwa safari literasi bukan hanya sebuah agenda, tetapi gerakan nyata untuk menghadirkan literasi yang merata, merangkul semua wilayah di Jawa Barat, dan memberi ruang bagi setiap siswa untuk tumbuh melalui membaca dan menulis.(dd)